BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Monday, December 28, 2009

Untukmu, guruku

Aku persembahkan tulisan ini untuk semua guruku TK, SD, SMP dan juga SMA. Guruku terimakasihku padamu atas segala ilmu yang telah kau curahkan padaku. Lewat Halus tutur kata mu Kau nasehati aku, saat aku salah. Ketika nilaiku turun kau datang padaku memberikan semangatmu untukku. Semua kau berikan dengan tulus ikhlas pada anak didikmu, tidak kah kau pernah merasa lelah guruku? Tak peduli hatimu susah ataupun gelisah kau tetap menebarkan benih-benih ilmu mu padaku, Lewat senyummu yang selalu terurai ketika kau mengajar ku di depan kelas, seolah kau menyadarkanku bahwa aku dapat menggapai impianku.
Guruku tak pernah aku bisa membayangkan untuk menjadi seorang pendidik seperti mu yang harus selalu ada untuk murid-muridnya, yang harus selalu menghadapi setiap murid dengan kehidupan latar belakang berbeda, yang harus siap mendahulukan kepentingan anak didikmu daripada kepentingan mu sendiri. Guruku kau laksana lentera yang mampu menerangi gelapnya malam, dengan segala pengorbanan dan pengabdianmu. Aku bangga menjadi muridmu guruku.
Guruku, aku minta maaf atas semua yang telah aku lakukan padamu, seringkali aku mengabaikan nasihatmu tak memperdulikan mu saat kau mengajar di kelas dan bahkan marah padamu. Maafkan aku guruku.
Aku tahu tak hanya cukup dengan kata-kata untuk melukiskan betapa besar pengorbanan mu untukku guruku, tapi aku harap lewat tulisan ini rasa terimakasihku padamu dapat tersampaikan. kelak, Aku ingin menjadi sepertimu guruku menularkan ilmu yang aku dapat darimu kepada orang lain. Guruku terimaksih untuk semuanya, ilmu, nasihat dan juga senyumanmu. Selamat hari guru, guruku!

Thursday, December 17, 2009

since we met yesterday

yesterday,
I was very happy
I was surrounded by starlights...
the beautiful twilight of friday...

In that moment,
I was seeing the wonderful rainbow
and the twinkle stars in his eyes
I was Bathed in his sweet smile...

The day of the dreams,
The rendezvous,
I want to plan that again
Because I miss everything of you...
until we meet again...

My wish...
please keep me in your mind
Because I always think of you...
Since, we met yesterday
I always gaze at you in my eyes
and your shadow always embellish my heart...

Sunday, September 13, 2009

Dua dunia pedidikan yang berbeda

Di desa sukowati kecamatan Kapas, berdiri megah sebuah sekolah Internasional atau biasa kita sebut SMT(Sekolah Mnengah Terpadu) dengan full fasilitas seperti, lapangan sepak bola, Asrama, aula serta penujang pendidikan lainnya yang jarang kita tremui di sekolah-sekolah bojonegoro. Sekolah yang ditujukan untuk siswa TK-SMA ini memang terlihat sangat megah bahkan PERSIBO sering sekali latihan di tempat ini. Sekolah yang mulai dibangun tahun 2007, saat era Santoso ini sejatinya akan menjadi cikal bakal pelajar-pelajar Bojonegoro yang berkualitas, selain karena fasilitsa yang memadai di sekolah inipun materi pengajarannya menggunakan dua bahasa bilingual jika pelajar nya telah berkualitas diharapkan pendidikan di Bojonegoro akan maju dan SDM Masyarakat juga semakin meningkat.. Namun sayangnya hingga hari ini SMT belum juga ada kejelasan kapan dibuka dalam arti menerima siswa baru.. Belum lagi konsep yang akan diterapkan dalam sekolah terpadu ini.

Pembangunan sekolah yang menelan biaya sebesar 108 miliar dari anggaran multiyears memang terkesan ironis sekali dalam dunia pendidikan, padahal dengan dana sebesar itu pemkab dapat menyalurkan untuk sekolah-sekolah di pelosok-pelosok pedesaan guna menunjang Kegiatan Belajar Mengajar karena selama ini banyak sekali sekolah-sekolah khususnya di Pedesaan yang fgasilitasnya belum memadai, seperti penyediaan Lab computer, Perpustakaan Sekolah dsan juga fasilitas lainnya, dengan dana sebesar itu juga dapat digunakan untuk memperbaiki sekolah-sekolah yang telah rusak sehingga dengan itu di pastikan pendidikan Bojonegoro akan semakin maju.

Pendidikan di Bojonegoro khususnya di pedesaan memang perlu diperhatikan lebih lanjut karena memang sangat ironis sekali ketika kita melihat sekolah yang megah dengan lahan yang luas dan fasilitas lengakap tapi masih belum berjalan dengan jelas dan tanbpa penjelasan yang jelas sementara kita menyaksikan sekolah didesa lainnya di mana siswa-siswi di sana dengan semangat mengejar pendidikn hanya belajar seadanya dengan fasilitas yang minim pula. Bukankah itu memprihatinkan? Sesuatu yang menurut saya adalah kesenjangan sosial.

Sekolah Menengah Terpadu memang telah terlanjur di bangun dengan dana yang tak sedikit pula sehingga harus ada kejelasan mengenai kelanjutan sekolah Internasional tersenut jangan hanya dibangun dan dibiarkan begitu saja tanpa penanganan yang serius dari Pemkab Bojonegoro

Bersuara dalam pena

“Manusia boleh pandai setinggi langit, namun ketika dia tidak menulis dia akan hilang di telan sejarah, menulis adalah bekerja untuk keabadian”. (Pramoedya Ananta Toer)

Seperti inilah ungkapan tokoh besar kita dalam pentingnya menulis. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Dengn menulis kita akan menjadi orang yang selalu di kenang berkat tulisan kita, sekecil apapun itu. Seorang guru sejarah ku pernah bilang bahwa, pelaut-pelaut kita dulu sebenarnya adalah orang yang hebat tak kalah hebatnya dengan Marcopolo atau pelaut-pelaut terkenal lainnya , namun sayng pelaut-pelaut kita dulu tak pernah sekalipun menuliskan tentang pulau mana yang telah mereka kunjungi, mereka hanya mengandalkan lewat lisan dari satu mulut ke mulut lain(Mendongeng). Beda dengan Marcopolo atau James cook yang selalu menulis tentang perjalananya, karena tulisan itulah akhirnya mereka berdua tetap dikenang hingga sekarang sebagai pelaut yang hebat.

Pentingnya menulis juga bisa kita lihat dari sosok Tirta Adhi Soerjo atau biasa di panggil TAS,, meskipun dari kita banyak belum tahu tentang sosok dari cucu Bupati Bojonegoro, RM Tirto Noto ini. Riwayat hidup atau biografi TAS memang jareang kita temui, bukan berarti dia telah hilantg di telan sejarah tapi karena sedikit sekali keingintahuan kita pada jasa-jasa seorang pahlawan. Nama TAS mulai ramai dibicarakan sejak dinobatkan menjadi pahlawan Nasional tahun 2006 oleh presiden Susilo Bambang Yudhono, meskipun sebelumnya Pemerintah telah mnenobatkannya sebagai Bapak Pers Nasional pada tahun 1973.

Kehadiran sosok TAS oleh Pramoedya Ananta Toer dituangkan dalam empat jilid bukunya yang berjudul Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca. Dalam roman sejarah ini TAS dikenal dengan nama Minke. Dia disebut sebagai tokoh paling berperan dalam pergerakan saat itu. Kecintaanya dengan dunua tulis menulis mengantarkannya untuk mendirikan Koran Medan Prijaji tahun 1907 yang berbahasa melayu. Koran inilah yang menjadi awal sebuah penerbitan media yang semua redaksi dan pengelolaanya dipegang oleh orang Pribumi.

Koran medan Prijaji tumbuh pesat dikalangan masyarakat Indonesia karena hanya koran inilah yang menggunakan bahasa Indonesia sehingga Masyarakat menjadi sadar bahwa mereka mempunyai hak untuk berjuang dan mendapatkan kebebasan. Medan Prijaji menjadi ancaman serius bagi Pemerintah Hindia-Belanda karena Koran yang didirikan TAS ini selalu mendengungkan “Pendidikan Kewarganegaraan”.

Keberhasilan TAS dalam membesarkan medan prijaji tak lepas dari perlindungan Gubernur Jendral Van Hautz yang berkuasa saat itu, namun ketika Van Hautz digantuikan oleh Gubernur baru, A.WF.Idenburg perlindungan seakan lepas begitu saja dari tangan TAS. Sejak saat itu TAS sering tersandung masalah pers karena tulisannya yang dinilai telah menyudutkan Pemerintahan Hindia-Belanda diantaranya, TAS telah membongkar skandal yang dilakukan Aspiran Kontrolir Purworejo, A Simon, akibatnya dia dibuang di Teluk Betung Lampung selama dua tahun. Setelah dia lepas dari hukuman dia harus kembali tersandung masalah pers, karena pada tahun 1912, ia dituduh menghina Residen Raseswaai dan Residen Boissevain Karena telah menghalangi putera R.Adipati Djodjodiningrat (Suami R.A Kartini) menggantikan ayahnya. Akibatnya Tas harus kembali menjalani kehidupannya di di tempat pembuangan di pulau Bacan dekat Halmahera, Maluku Utara.. Setelah keluar dari tempat pembuangan TAS seakan telah kehilangan nyawanya, dunia jurnalistik yang selama ini menjadi hidupnya. Disisa hidupnya ia benar-benar sendirian hanya ditemani oleh R.Goenawan(Bekas Muridnya) hingga TRuhan mengambil nyawanya.

Tahun 1900-an posisi pers memang menjadi bagian dalam pergerakan Nasional selain TAS , diantaranya, R.M.O.S Cokroaminoto (Redaktur Pelaksana Otoesan Hindia), Muhammad Joesof (Redaktur Pelaksana Sinar Djawa) selain itubanyak juga nama-nama tokoh pergerakan Nasional yang aktif di Lembaga Pers seperti, Ki Hajar Dewantara, Soekarno dan juga Muhammd Hatta. Pers dan pergerakan Nasional seakan menjadi dua sisi yang tak terpisahkan.

Dari wacana diatas telah kita ketahiu bahwa tokoh-tokoh tersebut berjuang tak hanya lewat tenaga namun juga pemikiran yang merek ungkapkan lewat tulisan sehingga dengan tulisan itu mereka juga dapat menginspirasi masyarakat Indonesia lainnya untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Dari sini kita dapat menarik satu kesimpulan bahwa menulis tak hanya sekedar untuk mengisi waktu luang tapi tanpa kita sadari dengan menulis kita bisa melakukan perubahan untuk diri kita sendiri maupun orang lain, karena pada dasarnya menulis itu melatih otak kita untuk bekerja atau berpikir dan tentu untuk melatih kita untuk peduli dengan orang lain maupun lingkungan. Namun, sayangnya Budaya menulis ini belum banyak dinikmati oleh orang-orang Indonesia khususnya para remaja yang justru menjadi penentu sebuah Negara . Menulislah jika engkau ingin dikenang.

Thursday, August 20, 2009

Mendadak becak, raih juara satu

Rabu (19/8) SMAdaBO (SMA N 2 Bojonegoro, red) punya gawe besar tak lain tak bukan adalah pesta rombong , Acara tahunan yang digelar setiap bulan Agustus untuk memperingati kemerdekaan indonesia. Kegiatan rutin yang di sponsori Indosat ini di maksudkan untuk menumbuhkan kreatifitas, kerjasama dan inovasi setiap siswa yang dapat di wujudkan dalam tema, kostum dan konsep penghiasan stand yang berbeda dari setiap kelas. Pesta rombong ini melibatkan 21 kelas dan setidaknya 20 rombong yang telah di hias menurut kelas masing-masing, jadi bisa di bayangkan keramaian dan kemeriahan pesta rombong sabtu lalu. Acara ini di mulai pukul 08:30 sampai pukul 14:00 siang, Tak hanya menampilkan berbagai kreasi rombong dari setiap kelas tapi kegiatan ini juga menampilkan penampilan band dari siswa SMAdaBO.

Meskipun pesta rombong terkesan dengan kegiatan santai tapi ternyata acara ini maerupakan lomba 17-an, jadi tak heran setiap kelas berlomba-lomba menghadirkan sesuatu yang menarik, kreatif dan tentunya inovatif. Seperti halnya kelas XI-BHS , kelas dengan sebutan WANNA-BE ini berhasil menyabet juara satu, mengalahkan kelas-kelas lainnya. Dengan mengusung tema tradisional yang sebenarnya "biasa" kelas XI-BHS mencoba menghadirkan sesuatu yang baru dan berbeda, kalau kelas-kelas lainnya memilih menggunakan rombong, kelas yang hanya berisi 15 siswa ini menggunakan becak yang telah di hias sebagai rombong nya. Tak heran banyak guru yang mengagumi ide kreatif ini, " Saya terus terang bangga karena ini baru pertamakalinya, ada ide seperti ini, jadi justru becak nya itu yang membuat stand bahasa menarik, "Ungkap Siti Mukaromah, guru bahasa Jepang SMADA. Tak hanya itu untuk makanan dan minuman kelas bahasa memilih menu tumpeng dan es cincao karena, menurut mereka saat di wawancarai ZZ Tumpeng menandakan kebersamaan dan kesannya lebih akrad dengan teman karena kita makannnya bersama-sama. Usut punya usut keberhasilan WANNA-BE(Julukan XI-BHS) di dapatkan dengan cara yang tidak mudah, sebelum acara pesta rombong berlangsung seluruh siswa kelas bahasa mengadakan rapat untuk menentukan konsep, tema dan kostum selain itu ide becak yang di umpamakan rombong ini ternyata juga membutuhkan usaha keras dari banyak pihak, karena dalam menghias becak ini di butuhkan waktu dari pukul 20:00 sampai 24:00 malam dan ternyata semua usaha dan kerja keras ini tidaklah sia-sia, mendfadak becak membuat mereka berhasil meraih juara satu. Hidup bahasa!!!.

Perempuan dan perlawanan

Judul : Perempuan Jogja
Pengarang : Achmad Munif
Penerbit : Navilla Yogyakarta
Tahun : 2001
Tebal : 301


Prempuan Jogja berkisah tentang tiga perempuan yang mencoba untuk melepaskan diri dari belenggu keluarga dan lingkungan. Keteguhan tiga perempuan dengan latar belakang yang berbeda berhasil di uraikan A. Munif dengan jelas dan terperinci, bagaimana tiga perempuan dari Jogja tersebut menyelesaikan masalah dengan caranya masing-masing.

Perlawanan Rumanti berbeda dengan dua perempuan lainnya. Rumanti seorang istri yang harus merelakan suaminya menikah lagi, meskipun pada awalnya perkawinan mwereka tanpa di dasari oleh rasa cinta. Rumanti menunjukkan perlawanandengan cara tidak melawan, dia hanya diam dan diam karena dia menyadari posisinya dari keluarga miskin dan telah diangkat derajatnya oleh suaminya yang merupakan seorang keturunan darah biru. Meskipun begitu Rumanti tetap yakin bahwa kebahagiaan dan keadilan akan tertuju padanya dengan sikap saling pengertian dalam perkawinan.

Yang namanya cinta tak ada kata paksaan dan harta seperti itulah yang di rasakan R.A. Indri Astuti yang berdarah biru keturunan ningrat. Cintanya pada seorang wartawan budaya yang jauh dari gelar ningrat harus ia perjuangkan dengan melawan sang kakak yang bersikeras menjodohkannya dengan seorang konglomerat. Indri Astuti percaya cinta tak membutuhkan harta atau tahta yang penting adalah ketulusan.

Terbelenggu dari kemiskinan, Iutlah kehidupan yng harus di jalani Popi, perempuan muda yang masih duduk di bangku SMA. Ibunya selingkuh dengan laki-laki kaya karena tak tahan denagn kemiskinan yang telah bertahun-tahun menjerat keluarganya dan popi pun juga harus merasakan jatuh kedalam lembah hitam apalagi setelah penindasan dan pelecehan yang di lakukan pacarnya, membuat popi berontak melawan segala permasalahan di hidupnya, sampai akhirnya ai berhasil di selamatkan dan di angkat anak oleh keluarga ningrat.

Begitulah A. Munif menbceritakan satu persatu tokoh dengan sangat jelas tanpa kehilangan alur cerita. Dengan bahasa yang mudah di pahami serta berbagai konflik yang tersaji membuat kita seaakan-akan ikut terbawa dalam cerita. Sayang nya ending dari novel ini terlalu cepat dan terkesan mudah di tebak layaknya sebuah sinetron yang episodenya akan temat. Tapi secara keseluruhan Novel ini patut di baca bagi perempuan-perempuan Indonesia dalam era modernisasi dunia seperti sekarang ini. Membaca novel ini kita juga akan di ajak menyusuri setiap sudut keindahan kota Jogjakarta.

Friday, August 14, 2009

Karnaval Bojonegoro, Matoh!!!

Kamis, (13/08), Bojonegoro menggelar parade Karnaval tingkat SMA dan umum se-Kabupaten Bojonegoro setelah sehari sebelumnya menggelar parade Karnaval tingkat SD – SMP untuk memeriahkan kemerdekaan RI ke-64. karnaval ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun oleh Pemkab Bojonegoro. Kegiatan tersebut diikuti oleh 14 regu SMA dan sederajat dan 50 regu dari warga Bojonegoro sendiri.

Karnaval kali ini mengambil tema Bojonegoro Matoh dengan maksud menampilkan budaya asli Bojonegoro dan potensi yang ada dalam Bojonegoro serta prestasi yang telah diraih warga Bojonegoro.Karnaval ini mendapat sambutan meriah dari seluruh elemen masyarakat Bojonegoro. Antusiasme warga Bojonegoro dalam menyambut parade tersebut dapat terlihat dari rute jalan yang dipadati warga yang ingin menonton. Dari anak kecil, remaja sampai orang tua begitu bersemangat menonton acara yang di gelar tiap tahun.

Menurut salah satu panitia pelaksana, Kamidhin, penilaian karnaval di dasari oleh empat criteria dalam menilai setiap kelompok atau regu yaitu dari ketertiban dalam berbaris, kelengkapan kostum, kreativitas tema setiap regu dan banyak anggota yang berpartisipasi. “Anggota juri yang menilai di ambil dari pperwakilan dari Diknas, Departemen pariwisata, Departemen tenaga kerja, Departemen perhubungan serta perwakilan dari Departemen di luar kota Bojonegoro.”, Ungkap Kamidhin. “Harapan dari kami selaku panitia pelaksana, warga Bojonegorto lebih kreatif dan mengenal potensi yang dimiliki kota Bojonegoro.”, Imbuhnya saat di wawancarai tim Zig-Zag kemarin.

Perolehan juara akan di umumkan saat hari olahraga Nasional. Para juara akan mendapatkan Trophi dari Pemkab Bojonegoro. Kegiatan tersebut juga di ikuti oleh SMA Negeri 2 Bojonegoro, sebagai salah satu sekolah favorit di Bojonegoro, tak heran SMAdaBO turut andil dalam event tersebut. Sekolah yang beralamatkan di jalan H.O.S Cokroaminoto ini mengambil tema pengembangan diri (Ekstra kulikuler) yang menampilkan di antaranya, Jurnalistik, Teater, Seni musik, Kajian Islam, PMR, Pramuka, Mosi, Tari, Basket, Volly dan Badminton. Dalam karnaval ini SMAdaBO bertujuan untuk menginformasikan kepada seluruh masyarakat bahwa SMAdaBO memiliki ekstra kulikuler yang bermacam-macam dan dapat mengarahkan anak didiknya untuk berprestasi sesuai dengan kemampuan dalam bidangnya masing-masing. (IS-AU)